Ketika waktu itu akhirnya terjadi
Masihkah kau memandang ku?
Memintaku untuk mengisi sedikit dari bagian waktumu?
Apakah hatimu selembut angin yang selalu ada di mimpi?
Menyejukan sunyi-sepi yang telah lama menguasai hati
Satu dua tetesan gerimis perlahan membasahi seruas jalan di Jogja
Jalan dimana kepada waktu terserahkan sekantung asa
Kau dan aku saling memandang dengan punggung
Menikmati sendiri pohon-pohon di tepi jalan yang tak begitu nyata
Meresapi hati masing-masing yang semakin terkurung
Kita masih berdiri dan belum saling pandang
Merasakan benturan air yang semakin keras
Memahami dingin yang mulai membuat kita mengigil
Apakah masih akan ku dengar suara kau mengucapkan terimakasih?
Melihatmu datang ke kamarku dan tertawa
Apakah semua itu hanya fatamorgana?
Dimana kelembutanmu hanya angin yang tak bisa kusentuh
Kita memang tak pernah saling sama
Tak terkecuali untuk mencoba
Yogyakarta, 9 Desember 2009
Masihkah kau memandang ku?
Memintaku untuk mengisi sedikit dari bagian waktumu?
Apakah hatimu selembut angin yang selalu ada di mimpi?
Menyejukan sunyi-sepi yang telah lama menguasai hati
Satu dua tetesan gerimis perlahan membasahi seruas jalan di Jogja
Jalan dimana kepada waktu terserahkan sekantung asa
Kau dan aku saling memandang dengan punggung
Menikmati sendiri pohon-pohon di tepi jalan yang tak begitu nyata
Meresapi hati masing-masing yang semakin terkurung
Kita masih berdiri dan belum saling pandang
Merasakan benturan air yang semakin keras
Memahami dingin yang mulai membuat kita mengigil
Apakah masih akan ku dengar suara kau mengucapkan terimakasih?
Melihatmu datang ke kamarku dan tertawa
Apakah semua itu hanya fatamorgana?
Dimana kelembutanmu hanya angin yang tak bisa kusentuh
Kita memang tak pernah saling sama
Tak terkecuali untuk mencoba
Yogyakarta, 9 Desember 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar